27 Juli 2025
IMG-20250710-WA0042

Tidore Kepulauan — Pemerintah Kota Tidore Kepulauan bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) serta Flinders University Australia menyelenggarakan lokakarya bertema pelestarian warisan budaya bawah air, Rabu (9/7/2025), bertempat di Aula Sultan Nuku, Kantor Wali Kota Tidore.

 

Lokakarya ini mengusung tema: “Meninjau Kembali Situs Kapal Tenggelam yang Pernah Diangkat dan Dijarah di Indonesia dalam Kerangka Pengembangan Terintegrasi untuk Menjaga Warisan Budaya Bawah Air”. Kegiatan ini menjadi tonggak penting dalam membangun kesadaran akan kekayaan sejarah bawah laut yang dimiliki Kota Tidore.

 

Wakil Wali Kota Tidore Kepulauan, Ahmad Laiman, menegaskan bahwa Tidore menyimpan sejarah panjang yang tercermin dari berbagai peninggalan historis dan arkeologis, baik di daratan maupun di dasar laut. Salah satu yang paling potensial adalah situs-situs kapal tenggelam, yang menurutnya bisa dikembangkan sebagai objek ekowisata berbasis sejarah maritim dan arkeologi bawah laut.

 

> “Wisata bawah air masih belum menjadi daya tarik utama di Tidore. Minimnya informasi dan kurangnya pengetahuan tentang keberadaan situs kapal tenggelam menyebabkan potensi besar ini belum tergarap maksimal. Padahal, pengembangan wisata ini dapat berdampak signifikan terhadap perekonomian dan kesejahteraan masyarakat,” kata Ahmad.

 

 

 

Tidore dipilih sebagai lokasi utama lokakarya ini karena memiliki posisi strategis dalam sejarah Jalur Rempah dan Jalur Sutra Maritim, termasuk keterkaitannya dalam peristiwa The First Circumnavigation of the Earth. Ia berharap kegiatan ini dapat membuka wawasan baru dan menjadi pijakan awal dalam upaya pelestarian warisan bawah laut yang berkelanjutan.

 

Mewakili Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah Maluku Utara, Irwansyah menjelaskan bahwa upaya pelestarian situs bawah air telah dilakukan sejak tahun 2016. Di tahun 2025 ini, Flinders University bersama Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XXI akan melaksanakan ekskavasi arkeologi bawah laut di kawasan Soasio.

 

> “Kami menduga terdapat bangkai kapal kayu di situs Soasio. Ekskavasi ini ditujukan untuk menggali temuan-temuan penting lainnya, termasuk di kawasan Tongowai. Tahun lalu kami telah menetapkan empat cagar budaya, yakni Situs Soasio, Situs Tongowai, meriam Taparos, dan meriam yang ditemukan pasca pengangkatan tahun 2021,” jelas Irwansyah.

 

 

 

Associate Professor dari Flinders University, Prof. Dr. Martin Polkinghorne, menjelaskan bahwa proyek ini merupakan bagian dari kerja sama dalam kerangka Linkage Project Reuniting Orphaned Cargoes, yang bertujuan menilai kembali nilai warisan budaya dari situs-situs kapal karam di Indonesia yang sebelumnya pernah diangkat secara komersial dan dijarah.

 

> “Kami ingin menyusun strategi pengelolaan terpadu yang melibatkan pemerintah, komunitas lokal, dan lembaga internasional agar warisan budaya bawah laut dapat dikelola secara berkelanjutan dalam bingkai lanskap budaya maritim,” terang Martin.

 

 

 

Lokakarya ini menjadi momentum strategis dalam memperkuat sinergi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat untuk menjaga, melindungi, serta memanfaatkan kekayaan warisan budaya bawah laut yang tersebar di perairan Tidore Kepulauan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *