Foto Sultan Tidore, Husain Alting Syah, Gubernur Maluku Utara, Sherly Tjoanda Laos, dan Wali Kota Tidore Kepulauan, Muhammad Sinen, berkumpul dalam sebuah agenda penting
Tidore, Maluku Utara, Infopublic.id — Suasana penuh kehangatan dan kekhidmatan menyelimuti kompleks Kesultanan Tidore ketika Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Sultan Tidore, Husain Alting Syah, Gubernur Maluku Utara, Sherly Tjoanda Laos, dan Wali Kota Tidore Kepulauan, Muhammad Sinen, berkumpul dalam sebuah agenda penting
yang digelar pada Rabu (tanggal menyesuaikan). Momen ini menjadi salah satu pertemuan bersejarah yang mempertemukan pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan institusi adat dalam satu ruang dialog budaya.
Kedatangan Menteri Kebudayaan disambut langsung oleh Sultan Tidore, yang memimpin prosesi penerimaan adat sebagai penghormatan kepada tamu negara. Prosesi adat yang berlangsung singkat namun khidmat itu menjadi simbol eratnya hubungan antara Kesultanan Tidore dan pemerintah.
Dalam sambutannya, Sultan Tidore menegaskan bahwa Kesultanan Tidore bukan sekadar simbol sejarah, tetapi juga pilar penting dalam menjaga identitas, nilai, dan kearifan lokal masyarakat kepulauan. “Hari ini adalah bukti bahwa budaya adalah fondasi yang menyatukan kita semua. Tidore selalu siap menjadi mitra strategis pemerintah dalam menjaga warisan leluhur,” ujarnya.
Sementara itu, Menteri Kebudayaan menyampaikan komitmen pemerintah pusat dalam memperkuat pelestarian budaya daerah. Menurutnya, Tidore memiliki posisi strategis dalam sejarah Nusantara, termasuk sebagai pusat peradaban maritim dan pusat diplomasi kerajaan di masa lampau. “Kita ingin memastikan bahwa sejarah besar Tidore bukan hanya dikenang, tetapi dihidupkan kembali melalui program-program kebudayaan,” kata Menteri.
Gubernur Maluku Utara turut menyampaikan apresiasi atas dukungan pemerintah pusat terhadap pengembangan budaya dan pariwisata di provinsi tersebut. Ia menilai bahwa kolaborasi antara Kesultanan, pemerintah pusat, dan pemerintah daerah akan mempercepat upaya revitalisasi warisan budaya di Malut.
Di sisi lain, Wali Kota Tidore Kepulauan menekankan pentingnya momentum ini sebagai penggerak ekonomi dan pariwisata berbasis budaya. Pemerintah kota, kata Wali Kota, siap mengintegrasikan kebijakan pelestarian budaya ke dalam rencana pembangunan daerah.
Pertemuan empat figur penting ini kemudian dilanjutkan dengan peninjauan sejumlah lokasi bersejarah di lingkungan Kesultanan Tidore. Mereka juga berdialog dengan tokoh adat dan masyarakat setempat mengenai rencana penguatan identitas budaya Tidore dalam skala nasional maupun internasional.
Kehadiran para pemimpin ini mendapat antusiasme besar dari masyarakat. Banyak warga yang memadati area sekitar Kesultanan untuk menyaksikan langsung momen yang jarang terjadi ini.
Momen ini diharapkan menjadi pintu masuk bagi program-program konkret dalam pelestarian budaya, pengembangan ekonomi kreatif, serta promosi warisan sejarah Kesultanan Tidore sebagai salah satu pusat kebudayaan tertua di Indonesia.
Tim Redaksi
