
Ternate —InfoPublic.Id– Perubahan struktur ketenagakerjaan di Provinsi Maluku Utara semakin nyata. Berdasarkan data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Maluku Utara, penduduk usia produktif 15–44 tahun kini lebih banyak bekerja di sektor industri pengolahan dibandingkan pertanian.
“Berdasarkan Sumber terpercaya yang di Identifikasi Media ini, “Kepala BPS Maluku Utara, Simon Sapary, dalam keterangannya pada Rabu (15/10/2025), menjelaskan bahwa tren ini menunjukkan pergeseran minat kerja generasi muda yang signifikan dalam satu dekade terakhir.
“Hasil Sensus Pertanian 2023 dan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) menunjukkan adanya penurunan tajam tenaga kerja muda di sektor pertanian. Pada tahun 2013, sebanyak 50,16 persen penduduk usia 15–44 tahun bekerja di pertanian. Namun, pada tahun 2023, angkanya menurun menjadi hanya 20,14 persen,” ungkap Simon.
Sebaliknya, sektor industri pengolahan justru mengalami lonjakan besar. Pada 2013, hanya 1,79 persen penduduk muda yang bekerja di sektor ini, namun pada 2023 meningkat drastis menjadi 25,01 persen.
“Dapat dikatakan minat generasi muda terhadap dunia pertanian mulai berkurang, terutama karena sektor-sektor lain seperti industri pengolahan, pertambangan, dan penggalian menawarkan peluang kerja yang lebih menjanjikan,” kata Simon.
Meskipun demikian, Simon mengapresiasi kemajuan petani Maluku Utara yang mulai memanfaatkan teknologi dalam aktivitas pertanian. Data BPS mencatat, 36,41 persen petani telah menggunakan teknologi dalam usaha mereka, sementara sisanya masih mengandalkan cara tradisional.
Menurutnya, pemanfaatan teknologi menjadi tantangan besar bagi sektor pertanian di Maluku Utara agar tetap relevan dan menarik bagi generasi muda. “Dengan penerapan teknologi yang baik, mulai dari proses budidaya hingga pemasaran, hasil produksi pertanian dapat meningkat, sekaligus membuka peluang ekonomi baru bagi petani muda,” ujarnya.
Simon menegaskan, transformasi tenaga kerja ini menunjukkan arah baru pembangunan ekonomi Maluku Utara yang semakin bergeser ke sektor industri dan jasa. Namun, ia juga mengingatkan pentingnya menjaga keseimbangan antara kemajuan industri dan ketahanan pangan daerah.
“Pertanian tetap sektor strategis yang tidak bisa ditinggalkan. Karena itu, kita perlu mendorong regenerasi petani muda melalui inovasi, pelatihan, dan penerapan teknologi modern,” pungkasnya.