
Labuha, Halmahera Selatan, InfoPublic.id — Dalam sebuah langkah progresif dan sarat nilai budaya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Oesman Sadik Halmahera Selatan resmi menjalin kolaborasi dengan Kesultanan Bacan. Inisiatif ini ditandai dengan pertemuan perdana yang berlangsung pada Selasa, 22 Juli 2025, di Kedaton Kesultanan Bacan, yang terletak di jantung Kota Labuha, Halmahera Selatan.
Pertemuan yang sarat makna ini mempertemukan dua kekuatan penting: sains dan budaya. Hadir dalam pertemuan tersebut Kepala BMKG Halmahera Selatan, Ben Arther Molle, S.Tr., M.Si., beserta jajaran, yang disambut hangat oleh Jogugu (Perdana Menteri) Kesultanan Bacan, Muhdar Arief, dan Jurutulis (Sekretaris Kesultanan), Tufail Isk. Alam.
Kepala BMKG, Ben Arther Molle, menyampaikan bahwa inisiatif ini bukan sekadar agenda teknis, melainkan bagian dari strategi besar untuk membumikan sains melalui pendekatan budaya. “Kami ingin merangkul kearifan lokal masyarakat Bacan, yang selama berabad-abad telah mengembangkan cara mereka sendiri dalam membaca tanda-tanda alam. Cara leluhur memprediksi datangnya musim, arah angin, hingga potensi bencana alam melalui fenomena alam, sangat berharga untuk dikaji dan disinergikan dengan teknologi dan data meteorologi modern,” ujarnya.
Menurut Ben, langkah ini memiliki dua tujuan utama. Pertama, mendokumentasikan dan mengintegrasikan pengetahuan lokal dalam sistem mitigasi dan peringatan dini. Kedua, menjalin kemitraan strategis dengan Kesultanan Bacan sebagai saluran komunikasi budaya yang efektif untuk menyebarkan informasi cuaca, iklim, dan risiko bencana kepada masyarakat.
“Dengan dukungan Kesultanan, kami dapat menyampaikan informasi secara lebih humanis dan mudah diterima masyarakat. Sebab kami tahu, suara Kesultanan Bacan masih memiliki pengaruh besar di tengah kehidupan warga,” tambahnya.
Jogugu Kesultanan Bacan, Muhdar Arief, memberikan tanggapan positif atas inisiatif tersebut. Ia menegaskan bahwa Kesultanan Bacan, sebagai institusi adat tertua di wilayah ini, memiliki tanggung jawab moral untuk terus melindungi masyarakat, termasuk melalui pendidikan mitigasi bencana.
> “Kami sangat mengapresiasi kehadiran BMKG yang ingin belajar dari pengetahuan lokal. Leluhur kami telah hidup berdampingan dengan alam dan menciptakan sistem peringatan yang khas. Bila ini bisa dipadukan dengan sains modern, maka masyarakat Bacan akan memperoleh manfaat ganda—baik dari sisi keilmuan maupun spiritualitas lokal,” tutur Muhdar Arief.
Langkah awal dari kerja sama ini akan difokuskan pada pengumpulan data kearifan lokal dari para tetua adat, tokoh masyarakat, dan penjaga tradisi yang tersebar di wilayah-wilayah kekuasaan Kesultanan Bacan. Tim dari BMKG akan melakukan wawancara, observasi, dan dokumentasi yang akan dipadukan dengan data cuaca dan iklim modern yang mereka miliki.
Kerja sama ini diharapkan tidak hanya menjadi bentuk penguatan mitigasi bencana berbasis lokal, tetapi juga dapat menjadi model nasional. Ke depan, jika berhasil, kolaborasi antara BMKG dan Kesultanan Bacan dapat direplikasi di daerah-daerah lain di Indonesia yang juga kaya akan budaya dan tradisi.
Kegiatan ini pun dinilai sebagai langkah konkret dalam membumikan sains, menjembatani teknologi dengan nilai-nilai lokal, dan memastikan bahwa upaya penyelamatan dan perlindungan masyarakat tidak hanya bergantung pada teknologi, tetapi juga pada warisan budaya yang telah terbukti efektif menjaga harmoni dengan alam.
Redaksi: Ulas