27 Juli 2025
IMG-20250706-WA0023

Jakarta, InfoPublic.id – Memasuki akhir Triwulan II 2025, tanda-tanda pelemahan ekonomi global semakin nyata. Indeks aktivitas manufaktur global (PMI) memasuki zona kontraksi, harga komoditas berfluktuasi cenderung melemah, serta volume perdagangan dan investasi global diproyeksikan nyaris stagnan atau bahkan menurun.

Situasi diperparah oleh eskalasi konflik geopolitik, termasuk penyerangan antara Iran dan Israel yang didukung Amerika Serikat. Konflik tersebut sempat menyebabkan lonjakan harga minyak hingga 8 persen, sebelum kemudian mereda.

Lembaga internasional seperti IMF dan Bank Dunia pun merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2025 ke arah yang lebih rendah.

“Situasi global tidak membaik. IMF dan Bank Dunia semuanya menurunkan proyeksi pertumbuhan tahun 2025 ini,” ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam pernyataan tertulis, Jumat (4/7/2025).

Ekonomi Domestik Masih Tahan Banting

Meski menghadapi tekanan global, perekonomian Indonesia masih menunjukkan ketahanan. Inflasi inti terjaga di level 1,9 persen. Ekspor tetap stabil, bahkan neraca perdagangan mencatat surplus pada Mei, meski kebijakan tarif sepihak oleh Presiden Trump di bulan April turut meningkatkan ketegangan perdagangan global.

Namun demikian, beberapa indikator mulai menunjukkan pelemahan domestik. Aktivitas manufaktur Indonesia memasuki zona kontraksi. Penjualan semen yang sempat melonjak pada April menjadi negatif di Mei, diikuti oleh penurunan signifikan dalam penjualan mobil. Volatilitas di sektor keuangan juga meningkat akibat tekanan eksternal.

“Dampak dari pelemahan global mulai terlihat pada komponen pertumbuhan ekonomi Indonesia,” jelas Sri Mulyani.

Pemerintah Luncurkan Stimulus Ekonomi Kedua

Sebagai respons atas situasi ini, pemerintah meluncurkan paket stimulus ekonomi tahap kedua di Triwulan II 2025 untuk menjaga momentum pertumbuhan.

Beberapa langkah stimulus yang telah digelontorkan antara lain:

  • Diskon Transportasi: Subsidi tiket kereta, pesawat, dan kapal laut selama libur sekolah Juni–Juli 2025 (anggaran Rp0,94 triliun).
  • Diskon Tarif Tol: Diberikan di periode yang sama (Rp0,65 triliun, non-APBN).
  • Penebalan Bansos: Tambahan Kartu Sembako Rp200 ribu/bulan selama dua bulan, dan bantuan beras 10 kg/bulan (anggaran Rp11,93 triliun).
  • Subsidi Upah: Bantuan Rp300 ribu bagi 17,3 juta pekerja bergaji di bawah Rp3,5 juta, termasuk guru Kemendikdasmen (288 ribu) dan Kemenag (277 ribu), total anggaran Rp10,72 triliun.
  • Diskon Iuran JKK: Perpanjangan diskon jaminan kecelakaan kerja bagi pekerja sektor padat karya (Rp0,2 triliun, non-APBN).

Sri Mulyani menegaskan bahwa langkah ini diambil untuk mengimbangi tekanan dari luar negeri dan menjaga konsumsi dalam negeri tetap kuat.

“Dengan stimulus ini, kita harapkan tekanan dari kebijakan global seperti tarif Presiden Trump dapat terkompensasi. IMF dan Bank Dunia memprediksi pertumbuhan Indonesia bisa turun ke 4,7 persen, namun dengan respons ini kita berusaha menahan perlambatan tersebut,” pungkasnya.


 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *